Jalan Keberkahan

Ibnu Zubair meriwayatkan dari jabir r.a , Rosulullah bersabda :

Wahai manusia, sesungguhnya diantara kamu tidak akan mati sehingga sempurna (habis) rezkinya. Maka janganlah kamu menganggap lambat pada rezeki itu, bertaqwalah kepada Allah dan baik-baiklah dalam mencari rizki. Ambilah yang halal bagimu dan tinggalkanlah apa yang telah Allah haramkan “

Salah seorang alim berkata “ Manusia dalam berusaha itu ada empat golongan :
1. Orang yang menyadari bahwa rezeki itu berasal dari Allah dan dari usaha, maka ia adalah orang musyrik.
2. Orang yang menyadari bahwa rezki itu dari Allah dan dia merasa ragu- ragu apakah akan memperolehnya atau tidak, maka ia adalah orang munafik.
3. Orang yang menyadari bahwa rezeki itu berasal dari Allah akan tetapi dia tidak mau menunaikan kewajibanya dan durhaka kepada Allah, maka dia adalah orang fasik.

4. Orang yang menyadari bahwa rezeki itu berasal dari Allah dan dia melihat bahwa usaha itu hanya merupakan sebab, lalu ia menunaikan kewajibanya dan tidak durhaka kepada Allah dalam rangka usahanya itu, maka ia adalah mukmin yang ikhlas .

Diceritakan pula dalam kitab oleh Zaid bin arqam, bahwa khalifah Abu Bakar As-siddiq pernah disajikan makanan oleh pelayannya, dan tidak seperti biasanya ia memakannya tanpa bertanya terlebih dahulu. Lalu sang pelayan memberitahukan pada sang khalifah dari mana asal makanan tersebut, yang dia dapatkan dari upah kerjanya yang baru dibayarkan oleh seseorang pada saat dia masih jahiliyah. Mengetahui cerita itu khalifah langsung memuntahkanya kembali sampai habis apa yang ada di dalam perutnya. Melihat itu yang hadir berkata, :’ Karena sesuap saja engkau melakukan sedemikian itu “. Khalifah Abu Bakar berkata, bahwa Rosullulah bersabda :
Sesungguhnya Allah ta’ala mengharamkan surga bagi setiap jasad yang makan atau diberi makan dengan ( makanan ) yang haram”

Abu Laits As- samarqandi menerangkan bahwa orang yang ingin supaya usahanya baik, maka ia harus menjaga 5 hal ;

1. Tidak menunda-nunda kewajiban terhadap Allah sedikitpun karena urusan usaha dan tidak sedikitpun menguranginya.
2. Tidak mengganggu orang lain dalam berusaha.
3. Dengan usaha itu dia berniat untuk menjaga kehormatan diri dan keluarganya, tidak untuk memperbanyak dan menumpuk-numpuk harta.
4. Tidak memaksakan diri.
5. Tidak menganggap bahwa rezeki itu semata-mata hasil usaha, akan tetapi harus menyadari bahwa rezeki itu berasal dari Allah Swt, dan usaha yang dijalankan itu hanyalah sebagai sebab.

Nabi bersabda :

Barang siapa berusaha untuk mendapatkan harta dengan cara haram, kemudian ia menyedekahkanya atau mempererat tali persaudaraan atau menginfakannya di jalan Allah, maka semuanya itu dikumpullkan dan dilemparkan kedalam neraka “.

Diriwayatkan dari Imran bin Al- Husain, bahwa ia berkata : “ Allah tidak akan menerima haji seseorang, umrahnya, jihadnya, sedekahnya, memerdekakan budak, atau menginfakannya dari harta yang diperolehyna karena riba, suap, menipu, mencopet atau mencuri “

Dari Ibnu Mas’ud berkata , Rosullulah bersabda :
Tidak ada seseorang yang mendapatkan harta lalu ia sedekahkan mendapatkan pahala karenanya, tidakpula ia membelanjakanya lalu ia mendapatkan barokah padanya dan tidak pula ia meninggalkannya di belakang hari ( sebagai harta warisan ) melainkan akan menjadi tambahan baginya untuk neraka. Dan sesungguhnya Allah SWT tidak akan menghapus yang jelek dengan sesuatu yang jelek, akan tetapi Allah akan menghapus yang jelek dengan sesuatu yang baik “.

Dalam kaitannya tentang usaha yang paling baik, Baginda rosullullah Muhammada Saw bersabda :

“ Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang baik dan tidak ada keraggu raguan serta khianat di dalamnya “.

Disarikan dari kitab Tanbihul ghofilin karangan : Abu Laits As -samarqandi / Bab : `Hati – hati dalam usaha dan menghindari usaha-usaha yang haram.

Wallohu’alam bishowaab

Apa Penyebab Kesulitan Selalu Mengikuti ?

Sudah menjadi sebuah kebiasaan, pada umumnya ketika menghadapi kesulitan hati menjadi gusar, gundah gulana, emosi memuncak tak terkendali. Terlebih ketika mendapat kesulitan dalam urusan ekonomi. Tak jarang orang kadang mengambil jalan pintas untuk keluar dari permasalahan tersebut, mencuri, mengambil hak orang lain, menipu, bahkan bersekutu dengan makhlik ghaib. Baca lebih lanjut

Sarana Ujian Manusia

Ujian dari Allah kepada hambanya akan datang melalui dua sarana, yaitu  sarana  yang berada dalam diri (nafsu) dan sarana ”
`dari luar  diri manusia .

Ujian yang datang dari dalam diri disesabkan oleh nafsu syahwat atau hayawaniya,yaitu nafsu ammarah bissu-I atau nafsu yang cenderung mengajak manusia untuk berbuat kejahatan. Baca lebih lanjut

Arti Kelumpuhan Diri

“Wal ashri inna al insaana lafii khusrin. Illa aladziina ‘aamanuu wa’amilushoolihaati watawa shoubilhaqqi watawaa shoubishibri “

 (Demi masa) sesungguhnya manusia itu benar-benar dalm kerugian. Kecali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat menasehat supaya mentaati kebenaran dan supaya menetapi kesabaran ( QS : Al-ashr 1-3)

“Alkhij laanu kulla al khijlaani an tatafarrogho mina asyawaa ghili tsumma laa tatawajjahu ilaiihi wa taqillu ‘awaa  ‘ikuquka tsumma laa tarro halu ilaiihi “ (syarah al hikam / Hikmah ke 254)

“Sungguh satu kelumpuhan bila engkau sunyi dari kesibukan, tetapi engkau tidak datang menghadap- NYA dan sedikit yang menghambatmu tetapi engkau tidak berjalan menuju kepada-NYA” Baca lebih lanjut